Dua puluh lima jam yang lalu adalah berita duka yang sangat sulit dicerna otak. Begitu terkejut antara harus percaya atau tidak. Saat beberapa selang waktu, aku berusaha memercayai hal tersebut. Aku menangis pilu dan sedikit senyum sarkatis.
Dia adalah sahabatku. Adi Septianto.
Hari itu sekitar pukul 16.00 langit berubah kelam. Angin berhembus sangat kencang, menjatuhkan dua papan baliho didepan rumah kakekku. Anginnya berhembus membuatku bergidik. Saat itu aku diteras depan. Karna angin yang terus berhembus menghalangi penglihatanku, akupun masuk kedalam rumah. Sekitar jam 16.45 hujan pun turun dengan derasnya disertai petir yang saling menyahut berkomunikasi.
17.00 adalah kejadian itu. Andai waktu dapat berpihak sedikit padanya. Andai detik itu ia tidak disana. Waktu tak bisa dijawab dan itu mungkin adalah waktunya. Dia tergeletak bersimbah darah diatas jalanan aspal yang menghitam karna tetesan hujan yang lebat. Truk LPG merah itu melaju saja tanpa ada rasa pertanggungjawaban. Dia masih memakai helm dengan wajah pucat, kaku dan darah dikepalanya. Apa yang terjadi? Malaikat telah datang menjemputnya. Waktu itu, detik itu, hujan itu, jalanan itu.
Ada rasa pedih yang amat mendalam mendengar berita itu malamnya. Berawal dariku membuka Twitter. Ada salah seorang temanku membicarakan kecelakaan. Karena aku ingin tahu, aku buka. Dan aku seperti mendapatkan tegangan listrik tinggi menghantamku. Nama itu. Sosok itu. Seseorang yang belum sempat aku temui seusai aku lulus dari SMP itu.
Seorang sahabat penuh tawa. Seorang sahabat yang sangat berarti untukku telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Bagaimanakah rasa rindu ini akan terbayar, teman? Aku tidak ingin membebanimu disana. Aku akan terus mengirimkan do'a kepadamu. Kami disini akan mendoakanmu untuk menerangimu disana. Memberikan selimut yang hangat untukmu, karna kami tau disana pasti akan lebih dingin dari kutub apapun. Semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah Swt.
"Dalam kelepasan waktu, seperti sudah tak kutahu, banyak kosakata yang ku ucapkan dalam doaku untuk mendoakanmu."
Dari sahabatmu,
Resty Dian
turut berduka
BalasHapus